Kenali FIP, penyakit mematikan pada kucing (penyebab, gejala, hingga pencegahan)

Sekitar dua tahun lalu, teman saya harus merelakan 4 ekor kucing kesayangannya. Keempatnya meninggal karena terinfeksi Feline Infectious Peritonitis (FIP). FIP adalah penyakit kucing yang terkenal ganas. Penyebabnya adalah virus FCoV yang bersifat menular. Pada banyak kasus, kucing yang terkena FIP akan berujung pada kematian. Nah, untuk antisipasi kesehatan kucingmu, kamu perlu mengetahui hal-hal penting mengenai FIP ini. Saya akan berbagi informasi seputar penyebab, gejala, pengobatan, sampai cara pencegahan FIP. Yuk, disimak sampai selesai, ya. Let’s dive in!

Apa itu penyakit FIP kucing?

Feline Infectious Peritonitis (FIP) adalah penyakit serius pada kucing yang menginfeksi lapisan rongga perut. Penyakit ini tidak mudah didiagnosis dan sulit dikendalikan. FIP biasanya menyerang kucing pada rentang usia 3 bulan hingga 3 tahun. FIP bisa menginfeksi kucing ras maupun lokal, serta jantan maupun betina. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini walaupun berbahaya bagi kucing, tetapi tidak menular ke manusia. Saya sudah membahas 15 penyakit kucing yang menular pada manusia di sini. Baca sampai selesai, biar kamu tidak phobia saat merawat kucing sakit. Hehe.

FIP sangat ditakuti oleh banyak pemilik kucing sebab penyakit ini belum bisa disembuhkan. Dilansir dari Kumparan, Nana Permana, seorang dokter hewan di DNA Clinic Bogor mempertegas hal ini. Jika sudah terkena FIP, kemungkinan kucing sembuh memang tidak ada dan 100% akan berujung kematian.

Perawatan kucing yang terkena FIP juga membutuhkan waktu dan biaya yang cukup banyak. Belum lagi emosi yang terkuras karena melihat kondisi kucing kesayangan yang terbaring lemah. Terbayang kan sedihnya kalau kucingmu sampai terkena penyakit ini? Jangan sampai, deh.

Terus membaca: 20 ciri-ciri kucing sakit dan cara mendeteksi penyakitnya [100% akurat] >>

Penyebab penyakit FIP pada kucing

FIP disebabkan oleh Feline Coronavirus (FCoV). Virus ini masuk dalam golongan virus RNA yang mudah bermutasi. Ada dua tipe FCoV, yaitu Feline Enteric Coronavirus (FECV) dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Secara genetik kedua virus ini tidak memiliki perbedaan, tetapi bisa menimbulkan efek yang berbeda saat menginfeksi kucing.

FECV menginfeksi bagian sel epitel usus, lalu keluar melalui kotoran, air liur, dan bentuk sekresi lain. Virus ini bertahan lama di lingkungan, yaitu sekitar 6 minggu. Penyebaran utamanya melalui litter box, debu, atau kotoran lain yang terkontaminasi FECV.

FECV ini akan sangat cepat menyebar di lingkungan dengan populasi kucing yang besar. Contohnya seperti di shelter atau rumah dengan banyak kucing. Jadi, kalau ada banyak kucing di rumahmu, kamu perlu waspada.

FECV sebenarnya relatif tidak berbahaya. Pada beberapa kasus malahan tidak menimbulkan tanda klinis sama sekali. Ini yang sering membuat pemilik kucing tidak sadar bahwa kucingnya sudah terinfeksi FECV. Kucing yang terinfeksi FECV tanpa gejala bisa menularkan virus ke kucing lain yang sehat. Entah karena mereka menjilati bulu yang terkena partikel kotor, menggunakan tempat makan yang sama, atau menyentuh litter box.

Lho, harusnya aman saja dong kalau FECV relatif tidak berbahaya? Eitss, tunggu dulu. Ini tergantung pada seberapa kuat kekebalan tubuh kucingmu. Kalau kekebalannya tidak baik, FECV justru bisa mengalami mutasi genetik dengan cepat menjadi FIPV, lho. Nah, FIPV ini lebih ganas dan menjadi penyebab utama Feline Infectious Peritonis (FIP) pada kucing. FIPV tidak lagi menyerang usus, tetapi sudah sampai ke sel darah putih seperti monosit dan makrofag.

Wendy Brooks, Educational Director di VeterinaryPartner.com, mempertegas soal mutasi FECV ini. Ia mengatakan bahwa mutasi FECV berkaitan dengan sistem kekebalan tubuh kucing. FECV yang menginfeksi kucing dengan sistem kekebalan tubuh yang buruk akan mudah bereplikasi. Semakin banyak virus yang bereplikasi, kemungkinan FECV bermutasi menjadi FIPV akan sangat besar.

Gejala penyakit FIP kucing: gejala awal & gejala saat komplikasi

Sebagian besar penyakit FIP yang terjadi diduga berasal dari mutasi FECV yang terdapat pada pencernaan kucing. Berdasarkan sifat genetiknya, virus FIPV terbagi menjadi dua, yaitu FIPV tipe I dan FIPV tipe II. Kedua tipe FIPV ini membuat penyakit FIP bermanifestasi menjadi 2 bentuk.

Bentuk pertama adalah tipe basah (wet atau effusive). Bentuk kedua adalah tipe kering (dry atau noneffusive). Tipe mana yang akan muncul biasanya sangat tergantung pada reaksi kekebalan tubuh kucing. Kedua tipe ini memiliki gejala awal yang tidak spesifik sehingga sulit dideteksi secara dini. Gejala awal tersebut adalah demam yang naik turun, anoreksia, kehilangan bobot badan, dan letargi. Pada anak kucing yang terinfeksi FIP, pertumbuhannya menjadi tidak sempurna.

1. FIP tipe basah

Ciri dari FIP tipe basah adalah adanya akumulasi cairan di dalam rongga perut atau rongga dada. Pada beberapa kasus, bisa juga terjadi sekaligus di kedua rongga tersebut. Akumulasi cairan pada rongga perut menyebabkan pembesaran abdomen. Sementara, akumulasi cairan pada rongga dada menyebabkan kucing menjadi sulit bernapas. FIP tipe basah berkembang cepat. Saat bertambah parah, perut kucing akan membuncit karena banyaknya timbunan cairan di dalam dada dan perut.

2. FIP tipe kering

Berbeda dengan tipe basah, pada FIP dengan tipe kering, cairan yang menumpuk tidak begitu banyak. Gejala klinis yang muncul tergantung pada organ yang terinfeksi. Dokter hewan Ni Made Sutari menguraikan gejala klinis tingkat lanjut pada FIP tipe kering, yaitu:

  • Virus menginfeksi mata
    gejala: hypopyon, perubahan bentuk pupil mata, perubahan warna iris mata, dan aqueous flare.
  • Virus menginfeksi central nervous system (CNS)
    gejala: kejang, perubahan perilaku, gemetar, depresi, lumpuh.
  • Virus menginfeksi gastrointestinal
    gejala: diare, muntah, peradangan usus besar, gangguan hati dan pankreas.

Gejala awal bisa berubah menjadi lebih serius dan semakin berat secara mendadak. Durasi terjadinya hanya dalam beberapa minggu, bahkan ada yang dalam hitungan hari.

Baca juga: Bagaimana cara merawat kucing agar terhindar dari penyakit >>

Bagaimana cara mendiagnosa kucing yang positif terserang FIP?

Sampai saat ini belum tersedia metode pengujian khusus untuk FIP. Dokter hewan hanya akan melakukan diagnosa untuk mendeteksi ada tidaknya FCoV pada tubuh kucing. Caranya dengan menganalisis dan menggabungkan berbagai faktor. Mulai dari lingkungan hidup si kucing, kondisi fisik, sampai gejala klinis yang muncul. Jika dirasa perlu, dokter hewan juga akan melakukan pemeriksaan penunjang. Mulai dari pemeriksaan serologis, kimia darah lengkap, pemeriksaan cairan effusi, radiografi, dan ultrasonografi.

Pada hasil penelitian Widhayari, dkk. (2018) disebutkan beberapa cara diagnosa FIP. Pemeriksaan serologis bisa dilakukan dengan menggunakan tes ELISA (enzym linked immunosorbent assay) dan metode PCR. Diagnosa FIP juga bisa dengan tes Rivalta. Tes ini menggunakan beberapa tetes cairan abdomen ke dalam tabung yang telah diisi dengan larutan asam asetat. Saat pemeriksaan laboratorium, pada serum FIP akan ditemukan perubahan pada rasio albumin, total serum protein dan globulin, serta peningkatan enzim hati.

Dokter hewan Ni Made Sutari Dewi mengungkapkan bahwa kucing yang terinfeksi FIP tipe basah lebih mudah untuk didiagnosa. Karakteristik dari cairan yang muncul pada FIP tipe basah yaitu berwarna kuning keemasan, agak keruh, dan lengket. Jika cairan tersebut dikocok maka akan berbuih.

Cara pengobatan penyakit FIP (Feline Infectious Peritonitis) kucing

Belum ada obat khusus yang efektif untuk menyembuhkan penyakit FIP. Sejauh ini, tindakan yang diberikan oleh dokter hewan masih berupa pengobatan suportif. Tujuannya untuk mengurangi gejala dan mengurangi rasa sakit pada kucing saja. Pengobatan tersebut antara lain dengan cara:

  • Terapi infus untuk mengatasi dehidrasi;
  • Pembedahan untuk mengeluarkan cairan dari rongga perut dan rongga dada;
  • Pemberian obat anti muntah dan anti radang;
  • Pemberian antibiotik (jika terjadi infeksi sekunder).

Dengan pengobatan yang diberikan, biasanya kucing yang menderita FIP bisa bertahan hidup antara 1 minggu – 1 tahun. Jangka waktu ini juga tergantung pada sistem kekebalan tubuh yang dimiliki oleh si kucing. Yang perlu diingat, karena pengobatan ini sifatnya suportif, ada kemungkinan kondisi kucing bisa lebih menurun. Pengobatan yang diberikan pun tidak lagi bisa direspon oleh tubuh kucing.

Dalam masa pengobatan, kucing juga harus sangat dijaga tingkat stresnya. Stres berlebihan bisa memicu reaksi FIP yang membuat kondisi kucing lebih cepat memburuk.

Bagaimana cara mencegah supaya kucing tidak terserang FIP?

Ada beberapa cara yang bisa kamu lakukan supaya kucing kesayanganmu tidak terserang FIP. Pertama, jaga kebersihan lingkungan tinggal si kucing. Menjaga kebersihan ini semakin penting jika kucing peliharaanmu jumlahnya cukup banyak. Bersihkan kandang, litter box, dan tempat makannya. Gunakan sabun, detergen, atau cairan desinfektan yang bisa mengurangi risiko kontaminasi bakteri dan virus.

Rutinlah mengganti pasir di dalam litter box. Usahakan untuk menjemur pasir tersebut minimal 2 kali seminggu. Nah, kalau litter box ditempatkan di dalam ruangan yang ada karpetnya, kamu juga perlu rutin membersihkan karpet tersebut.

Kemudian, selalu berikan makanan dengan kualitas dan nutrisi yang baik untuk kucingmu. Makanan yang berkualitas dan bernutrisi baik bisa membantu memperkuat kekebalan tubuhnya. Pastikan makanan si kucing mengandung cukup protein, vitamin, dan antioksidan.

Supartika, dkk. (2014) dalam Buletin Veteriner BBVet Denpasar memberikan saran guna mencegah FIP, yaitu:

  1. Kasus FIP umumnya terjadi pada kucing yang dipelihara bersama pada lingkungan yang kurang bersih. Untuk kebersihan kandang dan lingkungan tempat tinggal kucing tersebut harus dibersihkan dengan baik.
  2. jumlah kucing dalam satu kandang harus dibatasi.
  3. Untuk mencegah FIP lakukan vaksinasi secara teratur sesuai petunjuk dokter hewan.

Bagaimana kalau sedang terjadi wabah penyakit FIP? Dan ternyata ada salah satu kucing milikmu menunjukan gejala terinfeksi FIP?

Kamu mencurigai ada salah satu kucingmu yang terinfeksi FIP? Pisahkan dulu dari kucing lain yang masih sehat. Letakkan di tempat tersendiri agar tidak berinteraksi dengan kucing lainnya. Berikan tempat makan dan litter box yang berbeda. Ini akan mencegah penyebaran virus ke kucing lain yang masih sehat. Pastikan kucingmu tetap mendapatkan asupan makanan dan minuman yang cukup. Selanjutnya, segera bawa berobat ke dokter hewan untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Yang terpenting, dalam kondisi ada kucing yang terinfeksi FIP, pastikan kamu tidak menambah jumlah kucing peliharaanmu dulu. FCoV biasanya bisa bertahan cukup lama di lingkungan tempat tinggal kucing. Kamu harus memastikan lingkunganmu sudah steril dari FCoV. Pastikan juga kucing sehat lain yang ada di rumah tidak terinfeksi virus ini.

Kesimpulan

FIP memang masih menjadi penyakit kucing yang ganas bagi kucing sebab belum bisa disembuhkan. Namun, kamu bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan agar kucingmu terhindar dari FIP. Dimulai dengan memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang apa itu FIP, gejala, pengobatan, hingga cara pencegahannya. Jadi, kamu bisa lebih cermat dalam merawat kucing kesayanganmu. Jaga baik-baik kucingmu, ya. Semoga selalu dalam kondisi sehat dan terhindar dari FIP.

Akhir kata, apakah kamu pernah merawat kucing yang terserang penyakit FIP? Tolong bagikan ceritamu di kolom komentar ya! Mari bersama saling mengingatkan bahaya penyakit FIP agar korban penyakit mematikan ini tidak bertambah banyak.

Baca lebih lanjut: 7 penyakit kucing paling mematikan yang belum kamu tahu >>