7 penyakit kucing paling mematikan yang perlu kamu tahu

Satu hal yang paling bikin hati pemilik kucing hancur berkeping-keping: saat kucing kesayanganmu mati. Apalagi, kalau kepergian kucingmu terasa cepat banget dan beruntun. Ngenes banget kan ditinggal pasukan meong dalam waktu singkat? Ini sering banget dialami para pemilik yang pelihara puluhan meong.

Nggak heran kalau jenis penyakit seperti panleukopenia, Felv, dan FIP jadi momok terbesar para pencinta kucing. Soalnya, penyakit-penyakit itu memang bisa merenggut nyawa si meong dalam hitungan hari atau bahkan jam. Untungnya, kamu masih bisa selamatkan nyawa kucing kesayanganmu dengan tindakan yang cepat. Yuk, kenali lebih awal penyakit paling mematikan bagi kucing ini sebelum terlambat. Berikut 7 penyakit kucing paling mematikan:

Untuk lebih jelasnya, simak pembahasan di bawah ini sampai selesai. Yuk, lanjut baca.

1. Penyakit Batu Ginjal

Salah satu penyakit paling mematikan buat kucing adalah sakit batu ginjal. Batu ginjal disebabkan oleh pembentukan kristal urine yang mengeras dan menyumbat saluran kencing kucing. Sakit batu ginjal biasanya terjadi pada kucing yang berusia 7 tahun ke atas. Tapi, nggak menutup kemungkinan kucing berusia 5 tahun ke atas juga bisa terkena batu ginjal.  Faktor genetik juga bisa bikin kucingmu lebih rawan terkena batu ginjal. Contohnya, pada jenis kucing persia dan anggora. Pemberian dry food kualitas rendah yang nggak diimbangi dengan pemberian air yang cukup bisa memicu penyakit ini.

Kalau nggak segera ditangani, sakit batu ginjal bisa bikin ginjal si meong rusak. Akibatnya, kucing kesayanganmu jadi terkena gagal ginjal. Begitu kucingmu terkena gagal ginjal, nggak banyak yang bisa kamu lakukan. Kucing yang sudah kena gagal ginjal biasanya nggak bisa bertahan hidup lama. Tapi, kamu bisa deteksi penyakit ginjal sejak dini. Penanganan yang cepat bisa bantu supaya kucingmu nggak terkena gagal ginjal. Segera bawa si meong ke dokter hewan kalau kamu mendapati gejala ini:

  • Kesulitan buang air kecil. Kucing yang kena batu ginjal biasanya bakal bolak-balik ke litterbox, tapi pipis yang dikeluarkan cuma sedikit. Biasanya, dia juga bakal kelihatan gelisah dengan pipis di sembarang tempat.
  • Sering sekali minum
  • Kehilangan nafsu makan

Di tahap kronis, gejala yang muncul:

  • Mual-mual dan muntah
  • Halitosis (timbul aroma mulut yang nggak sedap. Biasanya berbau seperti amonia)
  • Lesu dan nggak bersemangat. Berdasarkan pengalaman yang pernah saya alami, kucing juga jadi nggak menjilati bulunya. Sehingga, bulunya jadi terlihat kusam dan kasar saat kamu sentuh.

Kucing yang kena batu ginjal harus segera dikateterisasi. Supaya, urine kucingmu bisa keluar dengan lancar. Dengan begitu, kucingmu pun terhindar dari gagal ginjal. Pengobatan kucing dengan sakit ginjal berlangsung seumur hidup, lho. Kamu harus berikan dia makanan kucing khusus Urinary dan Renal. Jangan lupa berikan dia akses minuman setiap saat.

2. FIV (Feline Immunodeficiency Virus)

FIV adalah penyakit sekelas HIV pada manusia. Jadi, kamu bisa bayangkan fatalitasnya, kan? Sama seperti HIV, FIV menyerang sistem imunitas kucing. Walaupun nggak bisa menular ke manusia, tapi virus ini bisa gampang banget menyebar ke antar kucing. Virus ini menular lewat luka gigitan. Kucingmu bisa saja kena FIV setelah dia berantem dengan kucing jalanan yang terkena penyakit ini. Virus ini menyebar lewat peredaran darah dan langsung menyerang sistem kekebalan tubuh kucingmu. Dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh, kucingmu jadi kehilangan senjata dalam melawan infeksi. Infeksi sekunder jadi penyebab utama kematian kucing dengan FIV.

Parahnya, gejala FIV nggak akan langsung muncul. Virus ini termasuk ke dalam jenis lentivirus. Artinya, gejala infeksi nggak akan langsung muncul. Sampai sekarang, nggak ada obat yang bisa menyembuhkan kucing yang terkena FIV. Yang bisa kamu lakukan hanyalah memberikan perawatan yang terbaik buat memperpanjang umurnya. Berikan dia makanan kucing yang disarankan oleh dokter hewan. Pemeriksaan rutin juga wajib kamu lakukan. Tujuannya, supaya bisa mencegah terjadinya infeksi sekunder.  Kucing dengan FIV juga harus dikarantina supaya nggak menularkan virus itu ke kucing yang sehat. Gejala FIV antara lain:

  • Penurunan berat badan yang drastis
  • Bulu terlihat kering dan kusam
  • Penyakit kulit
  • Diare

FIV memang nggak bisa diobati. Tapi, kamu bisa cegah kucing kesayanganmu terkena penyakit ini. Salah satunya adalah dengan pemberian vaksin khusus buat FIV. Vaksin ini memang nggak termasuk di dalam vaksin inti. Tapi, kamu bisa tetap memintanya pada dokter hewan. Vaksin bisa bantu perkuat sistem imunitas kucingmu. Solusi preventif lain adalah: steril kucingmu. Dengan sterilisasi, kucingmu jadi lebih betah tinggal di dalam rumah. Nafsu berantemnya pun jadi berkurang, atau bahkan hilang sama sekali. Resiko kontak dengan kucing yang terinfeksi FIV pun jadi makin minim.

3. Feline Panleukopenia (Distemper)

Kalau kamu gabung di komunitas kucing, pastinya pernah dengar tentang Panleukopenia. Panleukopenia disebabkan oleh infeksi virus Parvo pada kucing. Dampaknya fatal banget! Kucing yang terinfeksi virus ini bisa langsung mati dalam hitungan hari. Anak kucing paling rawan mati gara-gara penyakit ini. Dengan begitu, saya memasukkan penyakit distemper ke dalam 7 penyakit paling mematikan bagi kucing.

Virus ini memang menyerang sistem imunitas tubuh dan sistem pencernaan kucing. Kucing yang terkena panleukopenia biasanya menunjukkan gejala:

Pemilik kucing bahkan harus rela begadang. Itu pun nggak menjamin si kucing bakal survive. Penyebaran virus ini juga cepat banget. Panleukopenia bisa menyebar lewat cairan tubuh, kotoran, dan gigitan kutu. Bahkan, virus ini juga bisa menyebar di tempat makan dan tempat minum. Begitu dahsyatnya, virus parvo ini sampai bisa bikin separuh populasi kucing di dalam satu rumah mati. Itu terjadi dalam waktu yang singkat.

Panleukopenia memang jahat banget. Makanya, kamu wajib vaksinasi si meong secepatnya saat dia sehat. Kucing yang sudah diberi vaksin panleukopenia punya peluang hidup lebih besar daripada yang nggak vaksin. Virus ini punya masa inkubasi 2-7 hari. Dalam jangka waktu itu, kamu harus pisahkan kucing yang sakit dari kucing-kucing yang sehat. Berikan dia ruang sendiri dengan kandang dan tempat makan-minum sendiri. Siapkan setelan baju terpisah di ruangan itu. Jangan gunakan baju yang sama saat kamu keluar dari ruang perawatan. Soalnya, virus ini juga bisa numpang di pakaian, alas kaki, dan kulitmu. Ganti pakaian dan jangan dekati kucing-kucingmu yang lain. Serahkan perawatan kucing-kucing yang masih sehat ke anggota keluarga lainnya. Kamu harus rajin cuci tangan dan mandi dengan sabun antiseptik.

Kucingmu harus punya imunitas kuat supaya bisa menang dari panleukopenia. Suapi dia dengan vitamin prolysine dan madu sebisa mungkin. Kamu bisa dapatkan vitamin ini di petshop. Jangan lupa, pel semua sudut rumah secara rutin dengan larutan air, sabun cuci piring, dan Bayclin. Larutan itu berfungsi sebagai disinfektan yang ampuh bunuh virus.

4. Rabies

Nggak hanya menyerang anjing, kucing juga bisa lho terkena rabies. Dampaknya juga sama-sama fatal. Sama seperti penyakit mematikan lainnya, rabies termasuk ke dalam silent killer. Alias, pembunuh yang membunuh dalam senyap. Kucingmu bisa terkena infeksi rabies melalui gigitan kelelawar atau dari kucing lain yang terinfeksi lebih dulu. Virus ini juga nggak akan langsung munculkan gejala. Kucingmu bisa saja kelihatan baik-baik saja selama beberapa hari, atau bahkan bulan. Tapi, begitu gejala muncul, kucingmu bisa dipastikan nggak bakal tertolong. Rabies menyerang bagian syaraf otak kucing. Gejala rabies yang timbul antara lain:

Rabies termasuk ke dalam salah satu penyakit kucing yang paling mematikan. Bukan cuma karena sering bikin kematian mendadak pada kucing. Penyakit ini juga bisa menular ke manusia. Sampai saat ini, belum ada obat yang efektif buat menyembuhkan rabies. Kalau kamu curiga kucingmu terkena rabies, segera bawa dia ke dokter hewan. Jangan lupa, bekali dirimu dengan perlindungan yang cukup supaya dia nggak sampai menularimu.

Walaupun nggak ada obatnya, rabies masih bisa dicegah kok. Yang paling efektif adalah dengan pemberian vaksin saat kucingmu menginjak usia 1 tahun. Sterilisasi kucing juga bisa bantu cegah rabies. Sterilisasi bisa bantu turunkan tingkat agresi kucing. Kucingmu jadi lebih tenang dan nggak agresif. Sifat teritorialnya juga hilang. Jadi, dia nggak perlu berantem dengan kucing liar buat pertahankan daerah kekuasaannya.

Baca juga: 15 penyakit kucing yang menular pada manusia, penyakit nomor 5 pasti kamu belum tahu! >>

5. FIP (Feline Infectious Peritonitis)

FIP atau Feline Infectious Peritonitis adalah penyakit yang disebabkan virus Feline Coronavirus (FCov). Walaupun sama-sama bernama Coronavirus, tapi jenis virus ini nggak bisa menular ke manusia. Tapi, tetap saja, kucingmu bisa nggak tertolong kalau terkena penyakit ini. Penyakit FIP kucing juga bisa menular antar kucing. Media penularan adalah lewat kotoran atau feses. Ada 2 jenis penyakit FIP, yaitu basah dan kering. FIP basah bisa bikin terjadinya penumpukan cairan di dalam dada, atau asites. Asites ini nggak cuma bikin dada kucing menggembung. Penggembungan itu juga bisa melebar ke perut, jadilah distensi abdomen. Kucing yang mengalami asites harus menjalani operasi berkala buat menguras cairan di dalam dadanya. FIP basah sering disebut sebagai jenis FIP yang paling ganas.

Tapi, jangan anggap remeh FIP kering! Memang, FIP kering nggak seganas FIP basah. Tapi, tetap saja FIP jenis ini punya tingkat fatalitas yang sama. Malah, FIP kering lebih sulit dideteksi. Soalnya, gejala awal FIP ini memang mirip dengan gejala flu. Gejala awal FIP tahap awal meliputi:

  • Bersin
  • Mata berair
  • Munculnya lendir hidung yang berlebihan
  • Diare

Kalau kekebalan kucingmu bagus, dia cuma terkena gejala ringan. Tapi, dia tetap bisa tularkan virus FCov ke kucingmu yang lain. Selain itu, sifat virus ini adalah dormant. Dia memang nggak menimbulkan efek yang negatif saat kucingmu sehat. Tapi, begitu daya imunitasnya menurun, baru deh gejala penyakit ini meningkat pesat banget. Gejala FIP kering tingkat akut adalah:

  • Gangguan syaraf, seperti kelumpuhan dan kejang-kejang.
  • Gangguan organ perut, terutama ginjal, organ hati, usus, dan pankreas.
  • Sakit kuning atau jaundice.
  • Kadang-kadang gejala FIP basah juga muncul, seperti asites.

Sayangnya, sampai sekarang nggak ada tindakan preventif yang bisa kamu lakukan buat cegah FIP. Soalnya, jumlah riset soal penyakit ini juga masih terbatas. Obat-obatan yang diberikan biasanya cuma bersifat buat meringankan gejala-gejala yang muncul. Kucing yang terkena FIP biasanya berakhir mati akibat penyakit itu sendiri atau dieuthanasia.

6. Heartworm

Cacingan memang biasanya nggak bikin dampak fatal dengan perawatan intensif. Tapi, lain halnya kalau kucingmu terinfeksi heartworm. Heartworm adalah penyakit fatal yang disebabkan infeksi cacing hati. Kucingmu bisa terinfeksi cacing hati lewat gigitan nyamuk. Cacing hati itu masuk ke dalam aliran darah kucing dalam bentuk telur mikroskopis. Seiring waktu, telur cacing itu bakal menetas jadi larva cacing. Larva cacing hati memang jarang banget tumbuh jadi cacing dewasa. Dibandingkan heartworm di anjing, cacing hati di kucing memang jarang banget sampai di fase dewasa. Kalaupun ada, persentasenya cuma sekitar 0 – 25% saja. Tapi, tetap saja cacing hati ini bisa bikin kerusakan organ pada si meong kesayanganmu.

Larva cacing hati bisa hinggap di paru-paru kucingmu. kucingmu bisa jadi tunjukkan gejala awal, seperti kesulitan bernapas. Gejala itu bisa saja dianggap sebagai bronkitis atau asma. Gejala lainnya juga nggak kalah ambigu. Banyak gejala penyakit heartworm kelihatan mirip banget dengan gejala penyakit kucing pada umumnya. Misalnya, seperti nafsu makan menurun, muntah-muntah, dan lesu. Kadang-kadang, kucingmu bisa mati mendadak sebelum penyakit ini terdiagnosis. Penyakit heartworm nggak bisa disembuhkan. Kucingmu harus menjalani pengobatan bulanan dan check-up teratur buat menekan infeksi. Asalkan perawatan jangka panjang dilakukan, kucingmu punya peluang hidup yang lebih lama. Jadi, jangan menyerah, ya!

7. FeLV (Feline Leukemia Virus)

Leukemia, atau kanker darah, nggak cuma jadi penyakitnya manusia. Kucing juga bisa kena leukemia. Dan penyakit FeLV adalah salah satu penyakit paling mematikan untuk kucing. Penyakit satu ini terkenal dengan nama bekennya, yaitu FeLV. Kucing yang kena leukemia rata-rata cuma bisa bertahan kurang dari 1 tahun. Soalnya, leukemia memang jenis kanker yang menyerang sel darah putih. Kalau sel antibodi ini diserang, otomatis kucingmu jadi lebih rentan sakit dan kena infeksi. Leukemia pada kucing disebabkan oleh virus.

Nah, virus ini bisa menular ke kucing lain lewat air ludah, ingus, dan urine. Sharing mangkuk makanan dan minuman antar kucing bisa bikin leukemia cepat menular. Makanya, sebaiknya kamu berikan kucing-kucingmu wadah makanan dan minuman yang terpisah. Jangan lupa selalu cuci wadah makan dan minum si meong dengan larutan sabun yang ramah buat kucing. Kucing yang kena FeLV juga harus dikarantina di ruangan terpisah buat meminimalisir kontak dengan pasukan kucing yang sehat. Selain wadah makanan dan minuman yang terpisah, kucingmu juga nggak boleh berbagi litterbox. Kalau salah satu kucing sudah diketahui kena FeLV, kucingmu yang lain juga harus dites.

Kamu bisa cegah penularan FeLV dengan deteksi dini. Segera bawa kucingmu ke dokter hewan kalau dia tunjukkan gejala:

  • Gusi berwarna pucat
  • Muncul warna kekuningan di dalam mulut dan selaput putih mata
  • Pembengkakan kelenjar getah bening
  • Hilangnya nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Demam
  • Kucingmu juga jadi lesu dan makin parah dari hari ke hari
  • Penyakit infeksi saluran pernapasan
  • Infeksi kulit
  • Infeksi ginjal.

FeLV memang nggak ada obatnya. Tapi, perawatan intensif bisa bantu kucingmu bertahan hidup 2-5 tahun ke depan. Kamu juga bisa kok cegah FeLV sejak dini. Caranya, biasakan kucing-kucingmu jadi kucing indoor. Kucing indoor punya resiko yang lebih minim terinfeksi FeLV. Kalau kamu adopsi kucing dari jalanan, jangan langsung disatukan dengan kucing di rumah. Karantina dulu si meong selama beberapa minggu. Bawa kucing barumu ke dokter hewan buat pendeteksian penyakit menular.

Akhir kata, penyakit kucing yang paling mematikan ada 7 jenis. Tingkat fatalitas dan penularannya juga tinggi banget. Soalnya, bisa bikin kucingmu mati dalam hitungan hari. Apalagi, kalau kamu terlambat dalam penanganan. Beberapa penyakit seperti rabies, panleukopenia, dan FIV bisa dicegah dengan vaksinasi. Kamu juga bisa cegah penularan penyakit mematikan dengan jaga kebersihan diri dan kucing. Steril si meong juga jadi tindakan preventif yang disarankan banget. Pendeteksian dini dan perawatan intensif bisa bantu peluang hidup kucingmu jadi makin besar.

Baca lebih lanjut: Bagaimana cara merawat kucing agar terhindar dari penyakit? »